Subhanallah

Maha Suci Allah

Alhamdulillah

Segala Puji bagi Allah

laa ilaaha illaLlah

tiada tuhan selain Allah

Allahu Akbar

Allah Maha Besar

Astaghfirullah

aku mohon ampun kepada Allah

Selasa, 11 Maret 2014

Tiga hal yang Saya Sesali dalam #NangkringGoogle with Kompasiana


Penyesalan saya yang pertama adalah saya kurang tidur pada Kamis malam itu (6/3). Alhasil saya khawatir akibat baru tidur jam 03.30 dini hari, saya bakalan loyo dan kurang bisa menikmati undangan spesial dari kompasiana dalam acara #NangkringGoogle, Jumat (7/3). Tapi Alhamdulillah, lantaran kantor Google yang menawan dan sangat “emejing” itu, rasa kantuk saya terbang entah kemana.

 Baru masuk ke kantornya saja, yang full memenuhi lantai 28 Menara Sentra Senayan II, Jakarta Selatan, kita akan merasa unik dan berada di sebuah tempat dimana karyawan di sana adalah anak-anak muda yang cerdas, gaul, dan tentu bergaji tinggi. Di Google Anda boleh pake baju bebas dan nyantai. Kata temen sih pake celana pendek juga boleh. Semua nampak informal. Ada “taman kasur” tempat leyeh-leyeh, bisa berfungsi sebagai tempat diskusi sambil lesehan. Atau, saya bayangkan di sana karyawan yang butuh selonjoran bawa laptop dan lanjutin kerja sambil ngemil. Cemilannya pun gratis. Semua makanan dan minuman gratis tinggal ambil, dengan desain interior yang bikin kita betah menikmati makanan sepuasnya. Nyaman nian <3

Saya berfikir, mungkin tidak akan ada karyawan Google yang keluar gedung pada jam istirahat untuk sekedar makan siang sekalipun di bawah sana ngejembreng tempat makan di sejumlah mall seputaran Senayan. Bagaimana mau keluar, “Warung Mbak Google” yang disediakan gratis sudah lebih baik, untuk apa keluar?



Melihat suasana kantor Google, saya teringat Jordan Ayan dalam bukunya, Aha! 10 Ways to Free Your Creative Spirit and Find Your Great Ideas. Dalam buku terkenalnya itu, Ayan mengatakan bahwa daya kreatif kebanyakan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, bahkan daya kreativitas kita sudah terdistorsi justru sejak di sekolah dasar, tempat dimana kita seharusnya mengembangkan potensi daya kreatif. Misalnya sewaktu SD kita “dipaksa” untuk mewarnai daun dengan warna hijau. Merah adalah salah. Dari situ kita daya kreatif kita mulai dibatasi, sekaligus keberanian untuk bereskplorasi makin berkurang.


Google memahami itu, dan sangat memahami betapa daya kreatif sangat menentukan tumbuhnya perusahaan. Ia bebaskan karyawannya berekspressi, bereksplorasi, bahkan disediakan fasilitas yang mungkin tidak dibayangkan oleh manager-manager perusahaan lain: games.



Dari situlah ide kreatif muncul, misalnya “Google citarasa Nusantara” seperti ornamen tokoh-tokoh punakawan di partisi dari dinding kaca, elemen-elemen batik yang dipasang pada dinding resepsionis, atau nama-nama ruangan yang unik dan mengundang tanya seperti Gudang Rejeki, Alun-alun, Gelora Asmara, Warung Mbah Gugel, dst. Aneka nama yang dibuat oleh karyawan-karyawan Google Indonesia itu, tentu akan membuat banyak orang bule yang berkunjung penasaran dan bertanya tentang itu, sehingga menjadi kesempatan untuk mengenalkan Nusantara, dan tentu saja dengan menyumbang nama, menambah sense of belonging karyawan terhadap perusahaan. Akur!


Penyesalan kedua dalam kunjungan saya ke Kantor Google adalah, Jumat itu ada truk kontainer terguling di Tol Jagorawi. Ini bikin saya gelisah di bus APTB Busway Cibinong-Grogol. 

Kontainernya melintang menutupi nyaris seluruh badan jalan tol sehingga kendaraan lain hanya bisa masuk melalui celah tersisa. Saya gelisah karena macet sudah terjadi bahkan sebelum saya masuk ke jalan tol. Sebelum naik APTB Busway , saya lihat di atas jembatan tol Cibinong sana kemacetan sudah mengular, mungkin sampai tol sentul. Tidak bergerak.



Padahal untuk mengikuti acara yang dimulai pukul 18.00, sengaja saya berangkat dari rumah selepas Shalat Ashar pukul 15.30 dengan harapan seletelat-telatnya bisa tiba di kantor Google pukul 17.30.
Saya sengaja spare waktu dua jam untuk estimasi perjalanan yang saya kira hanya 1,5 jam. Pada hari libur biasanya 45 menit saya bisa tiba di Senayan, tapi hari kerja normalnya Jakarta adalah macet. “Jalanan Jakarta tidak macet berarti tidak normal.”


Tapi macet total sore itu membuat saya khawatir baru tiba disana pukul 19.00. Apalagi pada undangan yang saya terima, kompasianer yang di undang diminta hadir lebih awal. Huft..
Untunglah dengan semangat berdo’a, saya tiba di pintu kantor Google pukul 17.59. Wew, beda satu menit pemirsah.. teman saya malah masih dalam perjalanan. Teman baru tentu saja, hasil mention-mentionan di Twitter tiga hari sebelum hari H. Alhamdulillah





 

Dan penyesalan ketiga adalah, HP saya lowbatt.. Sehingga saya sangat pilih-pilih untuk ambil gambar. Ini tentu membuat jiwa narsis saya dirugikan :D


Salam Kompaisaner!