Penyesalan saya yang pertama adalah saya kurang tidur pada Kamis malam itu (6/3). Alhasil saya khawatir akibat baru
tidur jam 03.30 dini hari, saya bakalan loyo dan kurang bisa menikmati
undangan spesial dari kompasiana dalam acara #NangkringGoogle, Jumat
(7/3). Tapi Alhamdulillah, lantaran kantor Google yang menawan dan
sangat “emejing” itu, rasa kantuk saya terbang entah kemana.
Saya berfikir, mungkin tidak akan ada karyawan
Google yang keluar gedung pada jam istirahat untuk sekedar makan siang
sekalipun di bawah sana ngejembreng tempat makan di sejumlah
mall seputaran Senayan. Bagaimana mau keluar, “Warung Mbak Google” yang
disediakan gratis sudah lebih baik, untuk apa keluar?
Melihat suasana kantor Google, saya teringat Jordan Ayan dalam bukunya, Aha! 10 Ways to Free Your Creative Spirit and Find Your Great Ideas. Dalam buku terkenalnya itu, Ayan mengatakan
bahwa daya kreatif kebanyakan manusia sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal, bahkan daya kreativitas kita sudah terdistorsi
justru sejak di sekolah dasar, tempat dimana kita seharusnya
mengembangkan potensi daya kreatif. Misalnya sewaktu SD kita “dipaksa”
untuk mewarnai daun dengan warna hijau. Merah adalah salah. Dari situ
kita daya kreatif kita mulai dibatasi, sekaligus keberanian untuk
bereskplorasi makin berkurang.
Google memahami itu, dan sangat memahami betapa
daya kreatif sangat menentukan tumbuhnya perusahaan. Ia bebaskan
karyawannya berekspressi, bereksplorasi, bahkan disediakan fasilitas
yang mungkin tidak dibayangkan oleh manager-manager perusahaan lain:
games.
Dari situlah ide kreatif muncul, misalnya
“Google citarasa Nusantara” seperti ornamen tokoh-tokoh punakawan di
partisi dari dinding kaca, elemen-elemen batik yang dipasang pada dinding resepsionis, atau nama-nama ruangan yang unik dan mengundang tanya seperti Gudang Rejeki, Alun-alun, Gelora Asmara, Warung Mbah Gugel, dst.
Aneka nama yang dibuat oleh karyawan-karyawan Google Indonesia itu,
tentu akan membuat banyak orang bule yang berkunjung penasaran dan
bertanya tentang itu, sehingga menjadi kesempatan untuk mengenalkan
Nusantara, dan tentu saja dengan menyumbang nama, menambah sense of belonging karyawan terhadap perusahaan. Akur!
Penyesalan kedua dalam kunjungan saya
ke Kantor Google adalah, Jumat itu ada truk kontainer terguling di Tol
Jagorawi. Ini bikin saya gelisah di bus APTB Busway Cibinong-Grogol.
Kontainernya melintang menutupi nyaris seluruh badan jalan tol sehingga
kendaraan lain hanya bisa masuk melalui celah tersisa. Saya gelisah
karena macet sudah terjadi bahkan sebelum saya masuk ke jalan tol.
Sebelum naik APTB Busway , saya lihat di atas jembatan tol Cibinong sana
kemacetan sudah mengular, mungkin sampai tol sentul. Tidak bergerak.
Padahal untuk mengikuti acara yang dimulai
pukul 18.00, sengaja saya berangkat dari rumah selepas Shalat Ashar
pukul 15.30 dengan harapan seletelat-telatnya bisa tiba di kantor Google
pukul 17.30.
Saya sengaja spare
waktu dua jam untuk estimasi perjalanan yang saya kira hanya 1,5 jam.
Pada hari libur biasanya 45 menit saya bisa tiba di Senayan, tapi hari
kerja normalnya Jakarta adalah macet. “Jalanan Jakarta tidak macet berarti tidak normal.”
Tapi macet total sore itu membuat saya khawatir baru tiba disana pukul 19.00. Apalagi pada undangan yang saya terima, kompasianer yang di undang diminta hadir lebih awal. Huft..
Untunglah dengan semangat berdo’a, saya tiba di
pintu kantor Google pukul 17.59. Wew, beda satu menit pemirsah.. teman
saya malah masih dalam perjalanan. Teman baru tentu saja, hasil
mention-mentionan di Twitter tiga hari sebelum hari H. Alhamdulillah
Dan penyesalan ketiga adalah, HP saya lowbatt.. Sehingga saya sangat pilih-pilih untuk ambil gambar. Ini tentu membuat jiwa narsis saya dirugikan :D
Salam Kompaisaner!