Arief
menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya, berat. Sudah kali keempat ia
melihat Rudi, teman sekelas di kampusnya, membagikan brosur “Rahasia Jalan ke Surga”. Isi
brosur itu membuatnya sangat gelisah, karena secara tersembunyi di dalam
bulletin tersebut terdapat ajakan ke dalam agama Kristen. Dikutip pula beberapa
ayat al-Quran yg dicomot serampangan utk melegitimasi “kebenaran” agama para missionaries
itu. Ini pasti bagian dari kristenisasi!
Geramnya dalam hati.
Setelah
diskusi kecil dengan kru PITA bada Zhuhur di basecamp tadi siang, Arief and the
gank bersepakat utk mendiskusikan masalah ini lebih jauh kepada Ustadz mereka, (kita
sambiiiitt…) kak Aguuung
(hore..hore.. tepuk tangan :p)
***
Pengajian
hari ini lain dari biasanya. Gemuruh angin disertai hujan lebat seolah
membasahi seluruh Ibu Kota hingga ke pelosoknya. Butiran kristal2 cair itu
terjun bebas tanpa ampun. Seakan diantara mereka terdapat panglima perang yg
berkata: “Serrraaaang Jakartaaa!!! Tak akan kami biarkan satu jengkal tanah pun
melainkan kami akan membasahinya dengan tubuh yang kami persembahkan ini!!
Serrraaangg!!!
Arief
dengan mimik wajah serius menyodorkan bulletin propaganda itu kepada sang
ustadz.
“ini
masalah serius, untuk urusan akidah kita tidak boleh bermain2!” tegas Agung membuat PITA kompak mengepalkan tangannya. “tapi pendekatannya
harus dengan cara yang ahsan. Gimana neh ada ide?” lho
koq ust.Agung malah balik nanya sih?
Seperti biasa, Nashir
ngasih usul yg brilian (ngok), “Mmm..gini aja, dua pekan lagi khan kita mo camping, kita ajak aja Rudi utk
anter kita pake mobilnya. Nanti disana kita diskusi utk klarifikasi lebih
jauh.”
Wahyu : “I’m agree with u, disana
langsung aja kita sidang!!”
Henry : “kita keprett!”
Anto
: “tampoll!
Adit
:
“cipoll!”
Haidir : “Buang ke Jurang!
Mobilnya kita jual! Uangnya utk kas PITA” <<-- et dah!
PITA ngasih ide serem2 banget..layaknya penjahat kelas teri…
Sigit
Coker Cogan : “ehm..! akhi, tidak boleh begitu, akhii. Sebaiknya kita kasih tausiyah.
(bijaksana sekali yg namanya Sigit Coker Cogan. khkhkhkh..)
***
“Bisa
nggak?”
“berapa hari sih campingnya?”
“Cuma
satu malem”
“ya
udah, ntar aku anter”
Mudah
sekali. Rudi bersedia nganter PITA camping. Hebat juga lobby Arief, atau jangan2…
Rudi punya rencana lain?
***
Cornellius
Rudi Sulistyo mempersiapkan ranselnya. Buku harian, kamera SLR, kaos olahraga,
dan satu pack Gerry Salut kesukaannya. Yup! Beres semua.
Oh ya, al-Kitab pemberian Sinta yg paling dicintainya. Sesuai anjuran mama yg
pemimpin lagu rohani di gereja Cibinong itu, dengan membawa Bible ia
akan merasa lebih tenang. “semoga aku dapat mengajak Arief dan anak2 PITA itu
utk menjadi ‘anak-anak tuhan’ amen.” Batinnya.
“Ok,
semua dah beres.” Rudi meletakkan ransel Boogie itu dalam Innova-nya.
Cukup luas utk sekedar anak PITA yang badannya semua ideal dan tak ada satu pun yang gendut.
“Aku
berangkat, ma” pamitnya sambil mencium pipi ibunya, manja.
“Dah
sayang, hati2 ya…”
“Dah
mama..”
Rudi
berangkat dengan semangat. Diulang2nya materi diskusi yg sudah dipersiapkannya
semalam utk debat teologis dengan anak2 PITA, juga dengan guru ngaji mereka
itu. Mobil itu melaju pelan, “Tuhan, Engkau selalu dalam langkahku. Pujian
bagi-Mu”
***
Awalnya gerombolan
PITA bingung mau ngadain acara camping dimana. Selama ini semua agenda2 PITA ga pernah ada yang batal. semua selalu sesuai rencana (wakwaww). Sebagian besar komplotan PITA penginnya ke negara asal masing-masing. Maklum mereka adalah imigran2 luar
negeri yang tersesat di Indonesia. Adityo pengen ke Burkina Faso, Marwan dan Muflih ke
Samoa, Yunus ke Burundi, Ansor ke Zambia, Yusuf ke Vanuatu, Hakim ke Latvia, Azam ke Samoabisau,
Suhud ke Tuvalu, Ucok ke Zaire, dan Sigit ke Swiss :))
Fatah
usul ke Semak Daun, Asep ke Bekasi, Diaz usul ke Baduy Dalam, Angga dan Ilham mengusulkan ke
Bali, Fazrin dan Irvan pengen ke Raja Ampat, Bakat dan Ilham Usul ke Bunaken.
Tapi,
akhirnya Innova itu pun memasuki
gerbang gunung pancar, Babakan Madang, Sentul, Bogor.
Tak ada yg istimewa sepanjang
perjalanan. Hanya saja noraknya Wahyu yg selalu kasih komentar ttg segala yg
dia lihat, tak tampak lagi disini.(sodara2,
ini betul2 istimewa. Wahyu tak tampak norak.. amat istimewa!!!)
Gunung
pancar, masih seperti dulu, barisan pohon pinus berdiri kokoh menjulang
menggelitiki langit. Pemandangan yg indah. PITA kini terbiasa berdoa bila
berhadapan dgn pesona alam. Bahkan Arief sempat memejamkan matanya perlahan, “Rabbana maa khalaqTa hadza
bathila, subhanaKa faqina ‘adzabannar..” Duhai Rabb kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini sia2 belaka.. Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari
siksa neraka…
Acara2
demi acara terangkai. Pasak bumi, latihan grup nasyid NSB (Nasyid Shoutul B*****),
pengajian plus tafakkur alam, ratiban.. mandi sore.. ahh segarnya.. sore2 gini
duduk2 melihat sunset yg berkilauan merah tembaga di ufuk barat. Burung2 pipit,
terbanglah menjauh.kabarkan pada awan, cerita ini.. kata Ebiet G. Ade. Indahnya
duduk di bawah pu-un sambil ngupi dan makan pisang gureng.. begitu istimewa..
Alhamdulillah ya Allah.. camera siap menge-shoot gambar2 nan emejing ini..
Ba'da
maghrib Rudi udah menyiapkan bahan disuksi dengan kak Agung . Aku pasti bisa
mengajak mereka semua ke jalan tuhan. Mereka sangat potensial.. Jiwa
missionarisnya meletup2. Dilihatnya PITA tampak sedang ngobrol2 ringan. Sedang bercanda
bersama di samping pos ronda..(pake
nada koesploes). Dan
seperti biasa, tak boleh dilupakan—sekali lagi tak boleh dilupakan—ngocol, pura2 pinter, kusud, dan songong.. ketawa ga jelas kayak orang ga punya duit..
Namun
tidak bagi Arief, dengan ketajaman nalurinya, ia menangkap sesuatu yg tidak
biasa dari temannya itu. Arief menghampiri Rudi, lalu duduk mendekat.
Dimulailah diskusi itu…
Rudi
(selanjutnya disingkat ‘R’) : “kamu sudah baca brosur dariku belum?”
Arief
(selanjutnya agar supaya lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti, kita juga
akan menyingkat daripada namanya agar tidak menghabiskan halaman cerita ini dan
tidak bertele-tele. Maka nama daripada Bung Arief akan kita singkat saja agar
lebih mudah dimengerti dan dipahami menjadi, ‘NN’ ): “sudah, tapi aku ingin
menanyakan sesuatu padamu”
R : “silahkan” Rudi antusias karena mendapatkan starting point bagi missinya.
NN
: “kenapa dalam brosur yg kamu sebarkan itu bertebaran ayat2 al-Qur’an untuk
melegitimasi kebenaran argumentasimu? Apakah tidak cukup penulis brosur itu
mengeksplorasi dan mengelaborasi lebih spesifik dengan mengartikulasikan interpretasi2
yg valid dalam Bible saja tanpa membawa2 al-Quran? Pertanyaan Arief begitu
intelektual. Sarat dgn bahasa2 langit, macam pengamat politik di TVOne (TV
sebelah sorry ya. Udah gw hapus channel-nya bhahaha). Demi mendengarnya, semua kru
PITA terkesima sampe ngiler ketiduran.
R : “ini utk menguatkan argumentasi kami. Bahwa ternyata al-Quran pun membenarkan
agama kami”
NN
: “kenapa utk membenarkan agama kamu, kamu menggunakan dalil dari ayat2 al-Quran?
Bukankah al-Quran itu (sebagaimana pemahamanmu) hanya karangan Muhammad saja?
R
: “ya. bagi saya Qur’an itu hanyalah karangan Muhammad.”
NN
: “kalau geitu, berarti tak perlu menggunakan dalil dari Quran dund.. apa gunanya? khan tidak ada given authority-nya kalo gitu.. buat apa berdalil dgn sesuatu yg
hanya karangan manusia biasa? Hanya karangan manusia pendusta. Kecuali kalau
kamu percaya bahwa Quran itu wahyu Tuhan.”
R : ‘euh.. maksud saya, saya percaya kalau Quran itu wahyu Tuhan..jadi Quran pun
membenarkan agama kami”
NN
: “kalau kamu percaya, berarti kamu harus mengakui kalau Muhammad itu adalah
Rasul Tuhan. Karena tidak mungkin Tuhan menurunkan wahyu kecuali pada para
utusan-Nya, bukan?
R
: “ya, ya. saya percaya” Rudi mulai grogi diserang oleh Arief seperti itu.
NN
: “kalau begitu, kamu juga harus percaya bahwa Allah itu Maha Esa sebagaimana
diucapkan Nabi Muhammad. Karena tak mungkin Nabi berbohong, dan Tak
mungkin Tuhan mengutus Nabi-Nya dari kalangan pembohong.”
R
: “euh.. saya bingung…” Rudi tak habis pikir, persiapan diskusinya selama satu
minggu dipatahkan Arief hanya dalam beberapa kalimat saja.. dan itu justru disebabkan kutipan ayat2 Quran yg sebetulnya bertujuan utk menguatkan dalil mereka.
Sejurus kemudian, Ariefmeminta Rudi membuka Perjanjian Lama, Kitab Kejadian mulai dari pasal I:
Tertulislah
disitu kalimat2 tentang awal mula penciptaan alam semesta versi Bible:
Kejadian Awal Mula Alam Semesta
1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan
Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
1:3 Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.
1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari
gelap.
1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari pertama.
1:6 Berfirmanlah Allah: “Jadilah
cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.”
1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah
cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah
hari kedua.
1:9 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah
segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan
yang kering.” Dan jadilah demikian.
1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya
laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:11 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda,
tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan
buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian.
1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang
berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah
melihat bahwa semuanya itu baik.
1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
1:14 Berfirmanlah Allah: “Jadilah
benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah
benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap
dan hari-hari dan tahun-tahun,
1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi
bumi.” Dan jadilah demikian.
1:16 Maka Allah menjadikan KEDUA BENDA PENERANG YANG BESAR ITU, YAKNI YANG
LEBIH BESAR UNTUK MENGUASAI SIANG DAN YANG LEBIH KECIL UNTUK MENGUASAI MALAM,
dan menjadikan juga bintang-bintang.
1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari
gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
Lalu
Arief bertanya telak: Bagaimana logikanya matahari diciptakan pada hari
keempat? Lalu apa yang dimaksud dengan “jadilah petang jadilah pagi” di hari pertama
hingga ketiga jika mataharinya saja baru diciptakan pada hari keempat? Bukankah
petang dan pagi itu adalah saat dimana matahari tenggelam dan terbit? apa maksudnya petang dan pagi?
Apakah kamu
masih yakin kalimat keliru semacam ini adalah firman dari Tuhan?
Rudi
tertunduk lemas. Kegelisahan hati bertahun lamanya semakin memuncak. Ia menarik
nafas.
Menutup
diskusi, Arief merekomendasikan beberapa ayat dalam al-Quran utk dibaca Rudi sebelum tidur.
Rudi
gemetar membaca ayat yg satu ini, ayat yg menentramkan jiwanya yang selalu
dihantui kegelisahan.
“Katakanlah,
Dialah Allah Yang Maha Esa. Dia tempat bergantung segala sesuatu. Tidak beranak
dan tidak pula diperanakan. Dan tak ada satupun yang setara dengan Dia.”
Rudi
mengantuk, lalu tertidur, namun dalam telinganya masih terngiang ucapan Arief,
“kalau Yesus itu tuhan, mengapa ia menyembah tuhan?” sebuah pertanyaan
sederhana yang menggelisahkan…
***
Pukul
03.05 hawa dingin menusuk tulang
Rudi
terpaksa harus bangun di pagi buta seperti ini. Isakan tangis PITA menghalangi matanya utk lelap. Dikuceknya
kedua mata yg terasa berat itu, lalu dgn penasaran ia melongok keluar tenda,
sedang apa mereka di pagi buta seperti ini?
Dilihatnya
dua barisan berdiri tegak menghadap barat. Nauval, calon Mahasiswa Universitas
Islam Madinah itu menjadi imam mereka, sebuah pemandangan yg memikat hati Rudi.
PITA khidmat bermunajat pada Tuhannya,
dalam selimut gelap malam dan hembusan dingin udara. Didengarnya kembali isakan
tangis yg tadi mengganggu tidurnya, kini terasa begitu memilukan.. seolah
tangisan hakiki yg keluar dari hati yg ingin suci. Disini, ia melihat sosok2 yg
sedang merintih memohon ampunan dosa, linangan airmata membasahi pipi mereka,
layaknya mata air yg memancar dari kedua mata yg takut dan tunduk pada
keagungan dan ke-Maha-an Tuhan.
Sujud
panjang mereka, pasrah. Begitu syahdu.
Pernahkah
aku menghadap Tuhan sedemikian rupa? Rudi merinding. Tiba2 ia rasakan dirinya
terhempas dan lemah.. lalu ia menangis sesenggukan.. batinnya berguncang
hebat,, inikah hidayah itu..? o, Tuhan, tunjukan padaku kebenaran-Mu… doa
tersyahdu yg pernah ia panjatkan seumur hidupnya…
Memang,
jauh di lubuk hatinya, sudah bertahun-tahun ia menyembunyikan kegelisahan
spiritual yang mendalam… oleh karena itulah ia berupaya menjadi missionaries untuk menghilangkan kegelisahan itu..
***
Pukul
07.30 cerah
“Rief,
aku ingin masuk Islam.”
Arief
terlihat tenang. Basuhan air wudhu untuk Dhuha-nya masih tampak. Lalu ia
terseyum lebar, khas Arief. “Alhamdulillah, ayo kita ke Akh Agung ”
“hei,
PITA, kumpul! Ada berita indah hari ini”
“Masuk
Islam itu mudah, namun menjadi seorang Muslim itu tidak semudah yg kita
bayangkan. Ada konsekuensi yg harus dijalani seseorang sebagai Muslim. Sholat
lima kali sehari, puasa selama satu Bulan Ramadhan, memilah makanan antara yg
halal dan haram, dsb.”
Demikian
taushiyyah menjelang prosesi pagi itu..
“Saya
sudah siap. Apapun resiko yg akan saya hadapi.” Tegasnya mantap. Tantangan
terberat bagi Rudi tentu keluarganya. Bagaimana tidak, ibunya pemimpin lagu
rohani di Gereja, dua orang kakaknya semua menjadi pastor. Ayahnya sendiri
seorang missionaries. Mereka pasti marah besar seandainya mendengar ia memeluk
Islam. Namun Allah lebih kucinta. Ia menarik nafas pelan, lalu membuangnya
berat.
“Bertekadlah
dengan matang, Rudi.” Fazrin mencengkeram tangan Rudi utk menguatkan hati.
***
Pukul
10.05 Cerah
Rudi
merasa semakin mantap. Duduk diantara pengajian anak2 PITA ia merasa sejuk. Tiba2 dadanya terasa amat
lapang. Matanya terasa segar. Begitu bahagianya, rasanya ia ingin melompat2 utk
mengekspresikan keceriaan hatinya.
Semilir
angin Gunung Pancar berhembus perlahan. Cerahnya mentari pagi ini seakan
mewakili hati Rudi, hangat. Langit yg membiru, nyanyian beburung diantara
rindang pohon pinus dan semak belukar. Hamparan pesawahan dalam pandangan mata
begitu menakjubkan..
Ust.Agung memulai prosesi, “ikhwati, antum menjadi
saksi atas kesaksian saudara baru kita ini. Saksikanlah.” PITA mendengarkan dgn seksama nasihat Kak Agung .
Sangat serius..
Agung
membimbing Rudi mengucapkan dua kalimat
syahadat, pelan dan tenang. Rudi mengikuti dengan khidmat, kepalanya tertunduk
seolah terasa berat.. matanya basah…
“Asyhadu
an laa ilaaha illaLlah, wa asyhadu anna Muhammadan RasululLah..aku bersaksi
bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.. dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah..”
Perlahan
Rudi mengikuti ucapan itu, ia menangis dengan air mata yg menyejukan..ia
tertunduk..hatinya terasa sejuk.. PITA menghampirinya, namun ditahan oleh ust. Agung dengan isyarat tangannya. “Saudaraku, selamat
datang dalam barisan kaum Muslimin. Kaum yg tidak ada keraguan dalam agamanya,
dan dijanjikan Surga oleh Allah.”
Rudi
semakin menunduk, lalu menarik nafas, mengehembuskannya, pelan. Arief mendekat,
lalu mendekapnya erat. Ia menangis, tak membayangkan sebelumnya bahwa teman lamanya
itu akhirnya menjadi seorang Muslim. Benarlah firman Allah.. “barangsiapa
diberi-Nya petunjuk, niscaya tak ada yg bias menyesatkannya.”
“Rief,
kamu harus bimbing aku, ya!”
“Brebes.. eh beres.. he..he..*^7*&*5)4*%49-09LOIhoUP9n" tawa ga jelas khas Arief.
Satu2
PITA memeluk Rudi. Begitu mengharukan,
menyalaminya, dan memberikan senyuman terbaik bagi saudara baru mereka. Selamat
bergabung, Rudi.
***
Jam
11.00
Siap2
pulang, Rudi menyalakan mobilnya dengan tenang. Belum pernah ia merasakan
ketentraman hati seperti ini sebelumnya. Sekali lagi, rasanya ingin ia
melompat2 utk mengekspresikan kebahagiaan jiwanya. Lalu mengatakan pada setiap
orang yg ditemuinya, “Saya Muslim, saya Muslim!” bahagia sekali.
PITA
tentu tak menyangka bahwa hari itu
adalah hari terakhir bersama Rudi.
Menuruni jalan yg curam, turun dengan tajam.
Jalanan menjelang siang itu memang masih lembab seperti berembun. Rudi mencoba
tetap tenang dan mengendarai mobil itu dengan baik, namun apa daya mobil itu
terpeleset ke kanan, dan menerobos masuk ke jurang.
Allahu Akbar!! Rudi
bertakbir!
Mobil
jatuh dengan posisi paling tidak aman bagi Rudi.
Allahu
Akbar! Allah Maha Besar!
Hening...
Semua
mata memandang Rudi dengan nanar.
Innalillahi
wa inna ilaihi raji’un. Arief mendekapnya, sambil terisak. Betapapun ia merasakan sakit
pada kakinya.
Ia
menangis sesenggukan…
***
Langit
gelap. Tak seakrab pagi tadi. Tiupan angin ini pertanda akan membawa hujan
lebat. Sebetulnya Arief ingin memandikan jenazah itu, lalu mengkafani dan
mensholatkannya… agh! Dadanya begitu sesak, meski ia tetap beryukur Rudi
meninggal setelah bersaksi akan ke-Agungan dan ke-Esaan Allah.. aggh.. Muhammad
Rudi Sulistyo.
Namun
keluarga Rudi sudah tiba, dengan iringan ambulans dan sejumlah pemuka gereja…
***
--
Follow me on Twitter @mistersigit
PITA / Komunitas Independen
Kisah yang mengharukan
BalasHapusHiks hiks hiks