Rabu, 26 Juni 2013

Tangan Kasar Dahlan Iskan

Selasa pekan lalu (18/9) saya membaca kolom Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, di sebuah Koran ibukota berjudul “Buah yang Tidak Hanya Berputar di Wacana”. Inti tulisan itu bercerita tentang keberhasilan panen Pisang Baranang, Sorgum, dan Singkong Gajah yang ditanam di sela-sela pohon karet PTPN VIII Jabar dan PTPN XII Jatim yang memang berada di bawah komando Big Bos Jawa Pos itu.

Seperti tulisan-tulisannya yang lain, kolom Dahlan Iskan yang ini juga sama kualitasnya. Bahasanya bertutur, renyah dibaca, dan tampak penulis menguasai betul konten yang disampaikan. Anda boleh berpikir bahwa seperti pejabat pada umumnya, tulisan tersebut bisajadi ditulis oleh stafnya, tapi jika kita mengingat latar belakang Dahlan Iskan yang seorang jurnalis, tentu pikiran tersebut akan kita buang jauh-jauh. 

Tulisan-tulisan Dahlan Iskan memang enak dibaca. Bahkan dalam sebuah kaset nasyid dari tim Suara Persaudaraan yang “milik anak-anak tarbiyahan”, tulisan Dahlan Iskan berjudul “Massa santun di Dunia yang Bergetah” dibaca utuh sebagai prolog bagi lagu Partai Keadilan (Sekarang PKS).

Memang, membaca tulisan-tulisan Dahlan Iskan, saya menduga bahwa Mantan Dirut PLN itu pasti terbiasa menulis, bekerja di depan komputer atau laptop sebagaimana layaknya penulis-penulis ulung. Tulisannya sebanding dengan ‘catatan pinggir’nya Goenawan Muhammad di Minguan Tempo. Sederhananya, Dahlan adalah orang kantoran, dan berhenti sampai disitu. Namun rupanya saya keliru, Dahlan Iskan juga seorang pekerja lapangan. Dia turun langsung mengecek perkebunan sawit, karet, mencabut singkong, dan seterusnya yang tidak hanya sekadar seremoni. Bagaimana kita akan menilai itu semua sebagai seremoni jika seorang Dahlan Iskan terang-terangan mengangkat kursi di sebuah gerbang tol, lantas mempersilakan mobil-mobil lewat secara gratis dengan alasan macet? Itu saja cukup membuktikan bahwa Dahlan bukan orang yang terlalu suka formalisme-formalisme normatif. Style Dahlan Iskan yang acapkali menggulung lengan baju, pakai sepatu kets dan kerap berjaket itu memang bukan tipikal orang yang suka acara-acara formal. Tentu dalam pengecualian jika kita selalu terjebak dalam paradigma su’uzhann terhadap orang lain.

Dan, sehari setelah membaca tulisannya, saya berkesempatan bertemu beliau dalam sebuah acara di Hotel Mulia, Senayan. Tentu saja yang dimaksud ‘bertemu’ itu tepatnya saya yang menghampirinya. Dalam acara HUT Rakyat Merdeka ke-14 yang diisi dengan orasi politik Presiden SBY itu, tampaknya Posisi Dahlan Iskan sebagai pemimpin dari Jawa Pos grup, dimana Rakyat Merdeka adalah bagian dari kelompok raksasa media tersebut. Ini bisa dilihat dari penampilannya yang eksentrik, berpakaian hitam-hitam, dan berpeci merah khas betawi.

Ramah, energik, dan binar dari matanya yang bagian sclera-nya sudah tidak putih itu memang menunjukan antusiasme dan kecerdasan. Seperti binar mata Lintang dalam Laskar Pelangi yang digambarkan Andrea Hirata dengan ragam metafora itu.

Dan satu hal lagi, anda tahu, telapak tangan Dahlan Iskan itu ternyata Kasar. Jelas memang tokoh energik ini tak hanya bekerja di depan komputer. Teman kantor saya bilang, Dahlan Iskan memang pekerja keras.


260613 | @mistersigit
foto: kickdahlan.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar