Pagi rekan2,
Saya punya sahabat2 luar biasa, mereka adalah para penulis dan admin di
balik sejumlah situs Islam online yg cukup populer di kalangan "Aktivis
Dakwah".
Dalam sebuah obrolan bersama beliau2, saya sempat urun rembug:
"Nampaknya perlu dilakukan survei, utk mencari korelasi antara sikap
ofensif sebagian kader dakwah terhadap "rival politik" dengan raihan
suara kafilah dakwah dalam Pemilu. Apakah benar sikap ofensif itu
berpengaruh positif thd suara dakwah atau justru sebaliknya?
Perlu dilakukan evaluasi atau muhasabah, karena saya khawatir, sikap
keras dan ofensif sebagaimana dipertontonkan sebagian "kader dakwah" di
sosial media itu alih2 membuat orang simpatik terhadap dakwah, yang
terjadi justru sebaliknya, masyarakat malah menjadi antipati terhadap
dakwah.
Maksud saya, mereka yang acap kali menyerang lawan
politik di sosial media itu, merasa dirinya berjasa besar dalam pesta
pemilu, padahal justru kalangan seperti ini memberi kontribusi negatif
terhadap raihan suara partai. Banyak orang merasa berbuat baik, padahal
bisajadi hal tsb justru melahirkan kebencian krn memang salah.
Saya mengamati sebuah fans page dan akun twitter milik seorang penulis
yang cukup populer di kalangan aktivis Islam, Timelinenya penuh dengan
provokasi, sebagian tanpa data, penuh dengan apriori dan pada beberapa
hal kebencian, sebagian malah menjadi blunder.
Pada beberapa
hal sikap ofensif tentu bermanfaat sebagai sebuah counter opinion,
tetapi jika dilakukan berlebihan, sangat mungkin reaksi yang muncul
justru sebaliknya.
Ada sebuah masukan menarik dari salahsatu
sahabat di waktu berbeda, yaitu, "jangan sinis terhadap lawan. tunjukan
saja prestasi yang kita punya."
Sebuah sikap yang bijak. Krn
nanti juga orang akan menilai sendiri. Tidak perlu diarahkan seperti
anak2 TK belajar berdoa. Memang, orang yang tidak punya prestasi pada
dirinya, cenderung mempublish keburukan orang lain agar ia terlihat
lebih tinggi, hal ini krn tak ada yang bisa ia banggakan dari dirinya
sendiri.
Ah, mari amati dan belajar banyak pada fenomena. Hilangkan apriori yang membuat kita tak adil dalam menilai sesuatu.
Dukunglah apa yang baik, kritiklah dengan santun apa yg tak sesuai.
Fitnah tak perlu dibalas fitnah. Jika fitnah dibalas serupa, apa bedanya
kita dengan mereka?
...
Terakhir, di antara sahabat2 nan
luar biasa itu, saya ibarat anak kecil yang menengadah ke atas, meminta
dituntun oleh orang dewasa..
Mari, belajar lebih banyak..
we are never too old to learn
@mistersigit
Kamis, 16 April 2015
Ofensif di Sosial Media, Seberapa Perlu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar