Jumat, 02 Januari 2015

Belajar dari Piyungan




Menurut laman wikipedia, Piyungan adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya berbatasan antara tiga wilayah Kabupaten di provinsi dengan destinasi wisata yang tak habis dikeliling dalam satu minggu itu, yaitu Kabupaten Bantul dan Sleman, serta Bantul dan Gunung Kidul.


Berada di letak yang strategis karena dilalui Jalan Yogyakarta–Wonosari, sektor ekonomi Kecamatan Piyungan relatif maju. Karena daerah ini memiliki tanah yang relatif subur, sebagian besar penduduk Piyungan adalah petani. Menariknya, sekalipun sebagian besar penduduknya petani, Kecamatan Piyungan boleh disebut unggul dalam hal teknologi informasi. Sebagai contoh, Agustus lalu, Kantor Urusan Agama (KUA) Kec.Piyungan mendapat penghargaan sebagai KUA teladan tingkat Nasional dari Kementerian Agama Pusat, salah satunya adalah karena pelayanan pendaftaran nikah secara online di KUA Piyungan berada di posisi nomor satu dibanding KUA lain se-Indonesia. Pendaftaran nikah secara online menunjukkan bahwa penduduk di daerah tersebut merupakan penduduk yang “melek IT”. Di kecamatan Anda, apakah sudah ada pendaftaran nikah secara online?


Di kecamatan Piyungan pula, ada sebuah situs paling moncer di kalangan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yakni www.pkspiyungan.org, atau kita sebut Piyungan Online. Demikian populernya, berdasarkan data alexa rank, web traffic Piyungan Online jauh lebih tinggi daripada web resmi PKS sendiri. Piyungan Online memang beruntung memanfaatkan basis massa PKS sebagai segmen utama pembacanya. Piyungan paham betul bahwa kader-kader PKS adalah segmen masyarakat yang melek IT dan sadar teknologi. Dengan memberitakan hal apapun berkaitan dengan PKS di media online (daring), rating website akan tinggi, sebab kader PKS relatif memiliki sense of belonging lebih tinggi ketimbang kader partai lain terhadap partainya. Lihat bagaimana pembelaan kader-kader PKS terhadap isu yang menimpa partainya di sosial media, militansi kader PKS bukan lagi rahasia.


Kontroversi

Namun demikian, dua hari belakangan lini masa kita diramaikan dengan kekecewaan kader PKS terhadap Piyungan Online. Pasalnya, Situs berita tersebut telah memuat kabar bohong mengenai seorang tokoh yang sangat dihormati di PKS, disegani oleh lawan politik dan dihormati oleh kader partai dakwah itu, yakni Ustadz Hidayat Nurwahid (HNW). Screen Capture dari akun facebook bernama Oky Rachmatullah menyebar secara massif di sosial media menujukkan SMS bantahan doktor jebolan Universitas Islam Madinah itu atas berita di Piyungan Onlline yang menyebut HNW membolehkan ucapkan selamat Natal (saya tak ingin masuk ke ranah itu, cukup bagi kita untuk saling hormati perbedaan pandangan mengenai hal tersebut). Dalam SMSnya, anggota Majelis Syuro PKS itu mengatakan, “Saya tak pernah diwawancarai atau ditabayyuni oleh piyungan on lie tsb. Saya hanya sekali menerima wawancara ttg ini dari Detikcom kemaren. Dan Detikcom tak pernah membuat judul spt itu. Tafadhdhal rujuk detikcom kemaren. Aneh kok piyungan online yang dulunya pks piyungan online bisa begitu ringan tanpa tabayyun menyiarkan berita bohong!” (kalimat ‘Piyungan on lie’ dan penggunaan tanda seru, sesuai dengan teks aslinya).


Tentu saja kabar ini menjadi hangat di kalangan kader. Bukan karena perkara boleh atau tidaknya ucapkan selamat Natal yang memang asatidz PKS tidak sepemandangan tentang itu, namun lebih pada meragukan kredibilitas Piyungan online sebagai media rujukan.
Piyungan bukan media resmi DPP PKS, ia adalah website pribadi yang dikelola mandiri. Selain –barangkali- dimaksudkan sebagai media propaganda, Portal tersebut sebetulnya meraup keuntungan dengan melakukan segmentasi pada kader PKS yang dikenal loyal. Ini tak jadi soal selama berita yang disampaikan valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Akan tetapi keraguan terhadap berita lain di Piyungan menjadi tak terelakan ketika logika kita mengatakan, “jangan-jangan dalam menyajikan berita lain pun, Piyungan Online menggunkan cara-cara serupa”.


Kerinduan para aktivis Islam akan adanya media alternatif sebagai penyeimbang berita dari portal sekuler adalah realita. Itu sebabnya situs-situs berita Islam tumbuh bak jamur di musim penghujan. Namun apa jadinya jika media alternatif itu justru mengambil rujukan dari website sekuler? Lalu apa bedanya?


Sebetulnya, ini bukan kali pertama Piyungan Online blunder dalam berita. Beberapa waktu lalu, Piyungan turut berkontribusi atas dibully-nya Sekjen DPP PKS Taufik Ridha atas isu Roro Jonggrang dan Gunung Tangkuban Perahu yang sempat menjadi Trending Topic di lini masa Twitter dan dimuat di media cetak. Piyungan mengklaim mengutip dari website resmi PKS. Namun anehnya, ketika website resmi PKS telah menghapus berita tersebut, Piyungan mempertahankannya dan justru menambah kalimat di akhir berita seakan ingin berlepas diri dari sumber berita. Kalimat tersebut sbb:


“berita di situs DPP PKS diatas sudah dihapus, judul berita “Timses Prabowo-Hatta: Kumpulkan Bukti Gugatan Pilpres Tidak Seperti Roro Jongrang”. Belum ada informasi alasan penghapusan berita tersebut dan kami belum dapat informasi apakah ada ralat/permintaan maaf atas kesalahan berita tersebut dari pengelola situs DPP PKS”
Piyungan online memuat berita heboh sehingga Sekjen PKS menjadi bahan olok-olokan di dunia maya, kemudian selepas itu membuat disclaimer dengan menaruh kesalahan pada website resmi DPP PKS. Sederhananya Piyungan ingin sampaikan pesan “ini bukan karena kami”. Begitu mudahnya.


Jurnalisme ala kadarnya versi Piyungan ini sebetulnya patut dikritik, karena berita yang ada di piyungan online memang kerap hanya melakukan copy paste dari media daring lain, padahal media lain membuat berita menggunakan sumberdaya, menggaji wartawannya.
Piyungan Online acap menerima kritikan, bahkan informasi yang penulis ketahui dari sumber yang valid, website tersebut pernah mendapat teguran dari DPP PKS di Jakarta, karena memang model pemberitaannya tidak melulu sejalan dengan arah kebijakan DPP PKS. Nampaknya itu alasan mengapa akun twitter Piyungan berubah dari @pkspiyungan menjadi @maspiyungan, melepas predikat ke-PKS-annya.


Akun Twitter PKS Piyungan juga pernah menyampaikan curhatnya secara terbuka, dalam kicauannya: @maspiyungan “btw, gw difollow Gerindra tapi enggak sama PKS J” Anda boleh tahu apa sebab DPP PKS tidak mem-follow @maspiyungan padahal Piyungan sangat populer.


Kekecewaan kader PKS dua hari ini terhadap piyungan online nampak meluas di Whatsapp, twitter dan facebook, sebagian bahkan membuat tagar #kaderPKSboikotPiyungan sebagian lain meminta berhati-hati jika melakukan share atas berita situs tersebut. Selain itu, berita mengenai hal ini juga muncul di pasberita dan berita 3 jambi.



Pelajaran

Hari ini kita berada dalam sebuah masa dimana ribuan informasi berseliweran liar lewat berbagai media. Dalam kondisi overloaded informasi ini, bukan hanya melek media, pembaca dituntut memiliki sifat “kritis media”. Memilah mana media yang bisa menjadi rujukan dan mana yang tidak. Tidak mesti, pemberitaan yang terkesan membela Islam benar-benar membela sesuai dengan data dan fakta empiris, pembaca yang dituntut untuk pandai memilah.


Kita berharap, media dakwah, apapun alamatnya, yang menjamur belakangan ini tidak jatuh ke dalam pragmatisme pasar. Hanya demi meraup visitor tinggi kemudian membuat headline sensasional untuk kemudian memuat klarifikasi belakangan. Kebenaran perlu disampaikan dengan cara yang benar, nampaknya perlu kesadaran bahwa penyebar berita bohong adalah salahsatu sifat orang fasik.


Media dakwah perlu tetap membela kebenaran dengan cara yang benar, tidak mencampurnya dengan kepalsuan. Agar kebenaran menjadi terang seterang mentari, tidak ada keraguan dan tidak menggelisahkan. Media dakwah yang sensasional, atau fanspage yang melulu mencela seseorang tanpa henti, perlu berbenah untuk mengembalikan citra dakwah yang pada beberapa hal kini nampak negatif.


Dalam kasus Piyungan Online, dilihat dari sudut marketing, sungguhpun ia adalah web pribadi, ia punya potensi besar sebagai pengawal dan penyeimbang berita-berita liar di luar sana. Piyungan Online jangan ikut-ikutan liar. Kesalahan kemarin tentulah wajar bagi mereka yang bekerja. Yang tidak bekerjalah yang tidak pernah melakukan kesalahan, karena memang tidak mengerjakan apa-apa.


Media sekuler dan asing telah melakukan kedustaan secara sistematis untuk memengaruhi persepsi publik dunia (Jerry d.Grey: 2006), media dakwah perlu meluruskannya dengan kejujuran, tidak pragmatis, bukan dengan melakukan hal serupa, agar tidak jatuh dan memberitakan apa yang disebut oleh Adian Husaini sebagai fakta semu (Adian Husaini: 2002).


Media dakwah semestinya mengedepankan etika “jurnalisme profetik”, sebuah model jurnalistik yang bersandar pada nilai-nilai kenabian: shiddiq (akurat), fathanah (cerdas dan mencerdaskan), amanah (profesional) dan tabligh (menarik).
Menarik apa yang dikicaukan akun @mbapiyungan sebagai berikut: “Kangen Mas ku yang seperti Dulu”. Jika ada Mbak Piyungan, tentu Anda tahu siapa Mas yang dimaksud. (usb/dakwatuna)



dimuat di: http://www.dakwatuna.com/2014/12/26/61945/ketika-piyungan-mengejar-sensasi/#ixzz3NcwRC2K4 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

0 komentar:

Posting Komentar