untuk mereka yg bekerja di Jakarta, pemandangan seperti ini amat biasa.
jalan tol ditutup oleh polisi-polisi yg amat sibuk.
jalan di depannya menjadi amat lengang....
gerangan ada apakah kisanak?
Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia, mau liwat!
negara ini seperti kerajaan saja, bukanlagi negara demokrasi dimana egaliterianisme dijunjung tinggi.
Bagi
para pengamat, cara2 arogan seperti ini memang tak pantas di alam
demokrasi. tapi secara realistis, mengingat jakarta yg macetnya
"gila-gilaan" (gila-gila'aaaaaaannnn... pake nadanya 'The Changcuters'),
mungkin ada baiknya mengingat persiden punya banyak agenda yg
berimplikasi pada rakyat banyak. jangan sampai agenda yg teramat sangat
penting piisaaaann itu tergangu hanya karena macet yg (siap2 lagi pake
nadanya 'The Cangcuters')"gila-gilaaaaan"!!
Bagi masyarakat kita,
hal seperti itu juga wajar, karena inferioritasnya sebagai rakyat
jelata yg besar dalam feodalisme berabad2 lamanya, semenjak zaman
kerajaan, kesultanan, Republik Indonesia Serikat, demokrasi pancasilanya
Soeharto, sampe sekarang.
Gw jadi teringat film kolosal "Saur Sepuh" yg gw tonton di teve waktu gw masih belum berdosa dikala masih duduk di bangku SD.
Waktu
itu Brama Kumbara, yg kelak menjadi Raja, masih kecil. Di pinggiran
pasar ia dan ibunya terseok2 terimbas popor tombak prajurit yg
melebarkan jalan karena Gusti raja akan melintas. Ada seorang rakyat yg
tergopoh2 masuk ke jalan karena akan mengambil barang miliknya yg
terjatuh, dipopor oleh gagang tombak prajurit. hmmmhh... beginilah
Indonesia dari dulu hingga sekarang, kalau raja mau melintas, "kalian
rakyat2 jelata, MINGGIR!!!"
Gw tetap optimis di masa depan,
menjelang Hari Yang Dijanjikan, akan berdiri sebuah pemerintahan yg adil
dan bijak bestari. Sebuah khilafah 'ala minhajin nubuwah sebagaimana
disabdakan kanjeng Nabi Saw, kepada Huzaifah ibn Yaman Ra, sebagai fase
terakhir yg akan dilalui Kaum Muslimin. Sebuah negara modern di masa
depan, namun tetap berlandaskan aturan2 langit yg menjunjung tinggi
keadilan, egaliterianisme, kesederhanaan, dan seperangkat nilai positif
lainnya yg menjadi rahmat bagi semesta sebagaimana dicontohkan oleh
Khulafa al-Rasyidun dan 'Umar ibn 'Abd al-'Aziz.
Sebuah optimisme
yg menjadi idealisme para aktivis da'wah, dan pada saat yg sama
dipandang sebagai sebuah utopianisme oleh aktivis liberalisme Islam.
08/01/10. 09:42
Kamis, 21 Maret 2013
kerajaan Indonesia Raya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar