Yang namanya lomba mewarnai untuk anak-anak dimana-mana sama saja:
ibu-ibu yang mengantarkan anaknya terlihat lebih “ribet” daripada
peserta itu sendiri.
“dindingnya warnanya kuning,nak!”
“daun warnanya hijau dong, bud!”
“warnanya dikasih gradasi supaya bagus!!”
“gunungnya masih ada putihnya, tuh!!”
Saya,
yang diminta panitia untuk menjadi juri dalam lomba mewarnai untuk
anak-anak dalam rangka memperingati Hari Kartini kemarin, senyum-senyum
saja melihat tingkah ibu-ibu itu. Sekali lagi, dimana-mana sama.
Efeknya,
alih-alih membuat gambar anaknya jadi lebih bagus, ‘sabda’ ibu-ibu itu
lebih merupakan tekanan psikis bagi peserta. Sebagian, terutama untuk
kategori anak usia 3 tahun, ada yang menangis, sebagian cemberut khas
anak-anak, dsb. Pokoknya kalau kita melihat ekspressi ibu dan anak-anak
itu dalam perlombaan, semuanya jadi serba lucu.
Si ibu berkeras
bahwa warna daun harus hijau, kucingnya belang cokelat, biar gambar
anaknya bagus dan mendapatkan gelar Juara Satu. Orang tua mana yang
tidak bangga melihat anaknya mengangkat trophy kemenangan tinggi-tinggi.
Sebuah ekspektasi orangtua yang “mengintimidasi” psikologi dan daya
kreatif anak.
Saya jadi teringat buku yang ditulis oleh Jordan Ayan yang iseng-iseng saya beli sewaktu kuliah dulu, judulnya “Aha! 10 Ways to Free Your Creative Spirit and Find Your Great Ideas” (tapi berhubung bahasa inggris saya ancur, jadi saya baca terjemahannya dari penerbit Kaifa: “Bengkel Kreativitas : 10 Cara Menemukan Ide-ide Pamungkas” ^_^)
Bab-bab
pertama dalam buku itu menjelaskan bahwa “pembunuhan” daya kreatifitas
kita, orang-orang yang dewasa ini, dimulai dimasa kecil kita. Bagaimana
semenjak di sekolah dasar, kita diharuskan mewarnai daun dengan warna
hijau, sementara langit harus, sekali lagi harus, berwarna biru.
Anak-anak seperti diarahkan untuk berbuat sesuatu yang “benar” dalam
pandangan orang dewasa padahal membelenggu dalam dunia anak-anak.
Orang
dewasa, entah orangtua, entah guru di sekolah dasar, dengan “egois”
memaksa anak-anak berbuat sesuai obsesi mereka, sehingga anak-anak
kesulitan untuk mengaktualisasikan ide-ide dalam benaknya kedalam media
yg mereka miliki. Dilarang untuk menggunakan ballpoint berwarna-warni,
dilarang mencoret-coret dinding kamar, dll. Dari sinilah proses
penurunan daya kreatif bermula.
Itulah alasan mengapa ketika
Jordan Ayan membuat simulasi kepada peserta dalam sebuah trainingnya
dengan pertanyaan, “tulislah sebanyak mungkin benda apa yang bisa anda
buat dari sebuah kaleng kosong? ”
Kebanyakan peserta training
tidak memberikan jawaban yg variatif. Jawabannya hampir seragam dan
tidak menemukan banyak ‘benda yg bisa dibuat dari kaleng kosong’.
Jawaban orang dewasa melulu berbentuk celengan, tempat pensil, tempat
kelereng, telpon-telponan, robot, dan sejenisnya yang juga merupakan
jawaban rata-rata dari kebanyakan orang. Bandingkan dengan jawaban
anak-anak, “tempat serangga, topi untuk kurcaci, industry, pedang,
hingga jawaban bahwa kaleng itu bisa dipanaskan dan dicetak menjadi baju
perang, dsb. Daya kreatif anak-anak mencapai tingkat originalitas
hampir 100%, sementara orang dewasa hanya 5% saja. Semakin tua usia
sesorang, dia akan semakin kehilangan daya kreatifnya.
Dalam buku itu disebutkan beberapa hal yang menurunkan daya kreatif kita, yaitu:
Kebiasaan,
waktu/kesibukan,
dibanjiri masalah,
tidak ada masalah,
takut gagal,
kebutuhan akan sebuah jawaban sekarang,
kegiatan
mental yang sulit diarahkan (kita mudah mengarahkan kegiatan fisik
kita, tapi sulit mengarahkan kegiatan mental kita yg akut bukan?),
takut bersenang-senang,
kritik orang lain.
--
Buku
itu saya beli di kaki lima, buku asli bukan bajakan lho! Kalo ga salah
harganya Rp.15.000,- lagi discount 60% mungkin. Sebuah buku yang
bermakna seperti testimony yang ditulis di lembar-lembar pertama buku
itu,
“harga satu halaman buku ini sudah setara dengan apa yang
Anda dapat didalamnya. Sehingga halaman-halaman berikutnya anda
dapatkan secara gratis!”
Kalimat yg menarik ya! So, be creative!
Dan, jangan paksa anak memasuki dunia anda!
--
Kantor, 26410:15.24
Jumat, 15 Maret 2013
Kreatifitas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar