ada Allah SWT, kepada-Nya kita memuji dengan hati yang lirih. Mengadu
dengan jiwa yang luluh, saat menyadari betapa besar nikmat dari-Nya yang
tidak kita syukuri. Ketika menyadari betapa besar dosa yang kita
perbuat. Kepada-Nya kita bersyukur ketika Allah telah mempertemukan kita
dengan pasangan hidup yang kita harapkan muncul ketenangan dan
ketenteraman bersamanya. Bertasbihlah memuji-Nya apa-apa yang ada di
langit, di bumi, dan apa-apa yang berada di antara keduanya.
Shalawat
dan salam atas kecintaan kita, Rasul mulia, Baginda Rasulullah Saw,
beserta para keluarga, shahabat, dan ummat beliau yang tetap istiqamah
dalam da’wah, hingga tiba hari yang dijanjikan.
Saudaraku, Ketika
kita ber’azzam untuk mengambil KEPUTUSAN BESAR itu, maka kita tidak
hanya harus siap dengan segala kelebihan yang dia miliki, tetapi kita
juga harus siap dengan segala kekurangan yang melekat padanya. Yang bisa
jadi di luar pengetahuan kita.
Ketika kita menguatkan ‘azzam
untuk memenuhi separuh dari agama ini, maka kita harus siap dengan
segala perbedaan yang akan kita hadapi. Mulai dari perbedaan hobi, gaya
hidup, cara memecahkan masalah, paradigma, hingga perbedaan karakter.
Paradigma kita harus siap dengan segala hal yang mungkin terjadi di luar
perhitungan kita. Kita harus mengantisipasi hal-hal yang tampaknya
tidak mungkin. Hati kita bahkan harus mengantisipasi, bahwa ada hal yang
tak terantisipasi.
Untuk ring pertama, kita dan pasangan,
perbedaan ini mungkin dapat kita redam. Tapi bagaimana dengan
orang-orang lain di ring kedua? Ipar, mertua? Lalu ring ketiga,
tetangga?
Ketika kita menguatkan ‘azzam untuk mengemudikan bahtera
itu, kita harus menyelami dalam hati kita, bahwa bahtera yang akan kita
kendarai, adalah bahtera besar. Namun lautan yang akan kita arungi
adalah samudera kehidupan yang luas. Tidak hanya sebentar, tapi
bertahun-tahun. Maka jika dalam perjalanan kita menemui ombak besar,
bermusyawarahlah dengan baik untuk memecahkan masalah bersama-sama.
Hilangkan egoisme pribadi, berfikirlah rasional, jangan emosioal. Karena
kita tidak akan sampai pada keputusan yang tepat selama emosi lebih
dominan daripada rasio. Jika masalah telah reda, dan kita menemui
pelayaran yang teduh dan tenang, syukur pada Allah adalah bukti
keimanan.
Pelayaran ini adalah pelayaran besar, kita hanya tinggal
memilih, menjadi nahkoda keras kepala yang akhirnya tenggelam dalam
lautan bencana, atau menjadi nahkoda bijak penuh hikmah yang menuntun
penumpangnya berlayar menuju surga. Kita, para suami, adalah nahkoda
itu.
Kita, tidak sedang mencari wanita yang sempurna dengan
segala kesempurnaannya, yang tampak seolah jelmaan malaikat tanpa cela.
Akan terlalu melelahkan entah sampai kapan bagi kita, menemukan pasangan
ideal seperti itu. Kita berpasangan dengan manusia. Yang pada fitrahnya
memang tidak terlepas dari khilaf. Maka, hai Nahkoda! Sadarilah istrimu
adalah manusia. Dia bisa khilaf. Dia bisa lupa. Dia butuh cinta, dia
butuh pengertian. Dia butuh waktu untuk berdua dengan antum.
Dikarenakan Allah telah memilih kita, para lelaki, untuk menjadi imam bagi wanita, maka ingatlah pula firman Allah..
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…"(QS. 66:6)
Jaga
dia, karena dia adalah tulang rusukmu. Hati-hati dengan ucapan yang
menyakiti hatinya, karena wanita adalah makhluk yang lembut dan peka.
Apabila dia laksana cermin yang berdebu, maka bersihkanlah dia dengan
perlahan penuh cinta. Karena jika engkau membersihkannya dengan keras,
ia akan terluka, tetapi jika engkau membiarkannya, ia akan tetap
berdebu.
Akhi, cintai dia sepenuh jiwa ragamu. Lindungi dan jagalah kehormatannya.
Ukhti, cintailah dia sepenuh jiwa ragamu. Ketaatanmu padanya adalah wujud kecintaan engkau pada Allah.
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka” (QS. 2:187)
“Bârakallâhulaka, wa baraka ‘alaika. Wa jama’a bainakuma fî khairi.”
“Semoga keberkahan Allah untukmu, dan keberkahan atasmu. Dan menghimpun kalian berdua dalam kebaikan. Amiin.”
Wassalâmu’alaikum Wr. Wb.
Kamis, 21 Maret 2013
ketika pernikahan mutarabbi memprovokasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar