Tidak mudah untuk mempercayai bahwa di dekat Jakarta ini, dekat ibu kota Indonesia ini, ada sebuah
perkampungan dimana rumah-rumah penduduknya masih beratapkan daun-daun dari pohon rumbia,
dengan dinding terbuat dari bilik-bilik bambu.
Setiap kali melintas sebuah mobil di jalan setapak di depan rumah mereka, warga sekitar: ibu, bapak,
dan anaknya, akan menatap mobil itu seperti baru pertama kali melihatnya.
Sebuah
daerah yang amat menyengat di musim kemarau, dan banjir di musim hujan.
Saya sendiri sempat naik perahu untuk menembus daerah ini karena punya
project untuk merenovasi satu sekolah gratis disana.
Dengan motivasi menyekolahkan anak yang begitu rendah, ditambah kondisi ekonomi yang tidak maju
(yang membuat paradigma kehidupan masyarakat di daerah ini begitu sederhana) menjadikan daerah
ini tertingal dari daerah pinggiran ibu kota lainnya.
Adalah
Yayasan Sekolah Rakyat Bekasi yang menembus daerah ini, Muara Gembong,
kecamatan paling pelosok di Utara Bekasi, dan mendirikan sebuah Sekolah
Dasar gratis di atas lahan pemberian warga yang diberi nama Sekolah
Dasar Terpadu Harapan Jaya. Sebuah sekolah yang didedikasikan untuk
masyarakat di daerah ini. Masyarakat yang berpandangan bahwa sekolah
cukup hingga kelas tiga, lalu berhenti ketika sudah bisa membaca, dan
selesai. Masyarakat yang lebih menyuruh anaknya ke sawah daripada
mengikuti ujian nasional. Masyarakat dimana anak-anak mereka berpanas2
membantu orang tua bercocok tanam di sawah sepulang sekolah bahkan masih
mengenakan seragam. Masyarakat yang punya paradigma amat praktis dan
sederhana…
Dan, keluarga bapak Hendri adalah keluarga yang
mendedikasikan hidupnya untu kemajuan pendidikan di Muara Gembong. Ia,
kakaknya, beserta kedua adiknya, bahu membahu menjadi guru di sekolah
gratis bagi anak-anak petani . Tanah yang diwakafkan untuk sekolah ini
pun adalah tanah milik ayah mereka. Seorang yang sudah tua, namun
memiliki jiwa ‘pahlawan’ luar biasa. Ia mendidik anaknya hingga tingkat
universitas, untuk membangun daerah ini. Seluruh anaknya menjadi guru di
SDT Harapan Jaya.
Mungkin kita cukup terbiasa melihat para
pahlawan seperti ini di Kick Andy, namun melihatnya dengan kepala
sendiri, mengobrol dengan mereka, sungguh membawa hikmah dan inspirasi
yg dalam bagi jiwa. Betapa kepedulian akan masa depan warga, yang bukan
keluarga mereka, menjadi visi keluarga. Sebuah keteladanan nyata tentang
arti dari sebuah dedikasi dan kepedulian sosial tanpa mengharap
imbalan. Semoga kita bisa meneladaninya.
Ternyata, pahlawan itu ada disini, di sekitar kita.
200410/15.04
Kamis, 21 Maret 2013
Dedikasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar