Kamis, 21 Maret 2013

project skripsi 1 : terkapar

ungguh sulit menyusun kembali serpihan intelektualku yang terserak.
Kucoba membuka kembali paper-paper kuliahku yang lama tak tersentuh.
Dulu begitu mudah kususun tulisan-tulisan ilmiah akademis itu.
Argumentatif, analitis, empiris..

Kini ada apa dengan jiwa intelektualku?
Ku coba membaca kembali jurnal2 filsafat favoritku, koleksi zaman kuliah,
Mengapa terasa jenuh?
Adakah terlalu lama aku meninggalkan dunia itu?
Dunia yang membentuk nalar dan paradigma kehidupanku?
kurasa dunia intelektual itu telah terlalu lama menjauh dariku,
dunia aktivis yang hobi diskusi,
dunia mereka yang terbiasa berkutat dengan buku,
dunia akademis yang penuh dengan perdebatan-perdebatan intelektual: argumentatif, idealis, ideologis,

diam-diam aku rindu dunia itu.
Aku rindu alam akademis yang dipenuhi dengan kekayaan khazanah intelektual para pemikir besar dalam bentang sejarah.
Aku rindu Ahmad al-Fajri, Arya Fernandes, Muthie, teman2 moderat kelas kuliahku…
Aku rindu Nabil Ahmad Fauzi, Ustadz Achmarul Hadi, Amirul Hasan, teman2 seperjuanganku di kelas…
Aku rindu Yoseph Munawar Sophian, si sok sensasional dan kontroversial itu…
Aku rindu Bachrul Haq al-Amien, orang yang kebingungan kemana harus berpegangan dalam pencerahan mencari ideologi itu…
Aku rindu, Shahibah Yuliani, aktivis perempuan pro feminisme moderat itu….
Aku rindu Bawono Kumoro, Muammar Luthfi Harun, semuanya, semuanya…

tolonglah aku yang terkapar tak berdaya di tengah hamparan gersang kehidupan tak intelektual ini…
tolonglah aku yang hampir-hampir jatuh dalam jurang kebodohan kehidupan tanpa ilmu pengetahuan…

kenalkan aku lagi pada Aristoteles, Plato, Socrates,
antar aku menuju rumah Machiavelli, Hobbes, Aquinas, Agustinus, Hegel, Marx,
biarkanlah aku berguru lagi pada Ibnu Rusyd, Ibnu ‘Araby, Al-Ghazaly, al-Farabi, Al-Razy, Ibnu Hazm…
inapkanlah aku dalam majelis Thaha Hussein, Abduh, ‘Aly Abdul Raziq, Hassan Al-Banna, Sayid Quthb, Mawdudi, Nabhany, Qardhawi…
biarkanlah aku minum kopi di beranda rumah Soekarno, Natsir, Gus Dur, Amien Rais,
sambil mendengarkan dengan seksama obrolan pagi mereka…

aku ingin belajar pada Cak Nur tentang intelektualisme,
aku ingin berguru pada Munir tentang idealisme,
aku ingin menjadi murid Gus Musthafa Bisri tentang hikmah dan kearifan kehidupan,
aku ingin bertemu dengan Taufik Ismail dan Rendra untuk belajar berkontemplasi ,
aku ingin mendengar lagi suara emas Ebiet G. Ade kegemaranku,
sambil termenung menyelami pemikiran Michaelangelo Bounarotti dan temannya Leonardo da Vinci dalam mahakarya mereka….

aku hanya ingin kalian menolongku
: untuk menyusun kembali nalar intelektualku itu….

--
--220109, siang bolong musim hujan.

0 komentar:

Posting Komentar