Kamis, 21 Maret 2013

Menjulang ke Langit, Mengakar ke bumi

Pertama kali gw melihat wajahnya di tv dalam acara debat calon presiden tahun 1999, sebuah acara yg cukup “revolusioner” sejalan dengan ranah politik Indonesia yang baru mendaklarasikan reformasi waktu itu.

Waktu itu gw masih SMP, gw ingat betul waktu itu dia jadi panelis bersama pengamat politik Eep Syaifullah Fatah. Capres2nya adalah Amien Rais dari Partai Amanat Nasional, Yusril Ihza Mahendra dari Partai Bulan Bintang, Didin Hafidhuddin dari Partai Keadilan, dan Sri Bintang Pamungkas dari Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI).

Imam B. Prasodjo adalah sosiolog kenamaan dari UI, gw termasuk salah seorang hidden fansnya. Makanya waktu pekan lalu head gw ngajak ke rumahnya, gw langsung setuju.
Sesampainya di rumah beliau, gw duduk di ruang tamu, atau lebih tepatnya, “gudang buku” kali. Ia turun dari lantai dua dan menyapa kami sangat hangat: “hello” katanya.

Semakin lama ngobrol2 dengan beliau, semakin kagum gw.
Kami ngobrol2 tentang project bersama antara divisi CSR dimana gw bekerja, dengan LSM Yayasan Nurani Dunia yg dia pimpin.

Imam B. Prasodjo bukan cuma dosen teoritis. Dia turun langsung “membentuk manusia” di daerah2, membuat konsep2 untuk project pendidikan, kemanusiaan, penghijauan, plus pembangunan di daerah2 tertinggal, seperti Badui misalnya.

Beliau adalah sosok yg persis mewakili kalimat yang secara tak sengaja gw baca di punggung buku di lemari besar ruang tamunya: “menjulang ke langit, mengakar ke bumi.” (tampaknya sebuah buku karya sastrawan Taufik Ismail ya?)

Gw menerka-nerka, mungkin maksudnya adalah ide2 seorang intelektual sudah semestinya menjulang menggapai langit: melahirkan gagasan2 yg visioner, sistematis, atau istilah kerennya, “melampaui zamannya.”

Tetapi hendaklah para intelektual itu tidak terjebak layaknya menara gading yang menjulang indah namun tidak berdayaguna. Mas Imam adalah sosok yg mengakar ke bumi, menyatu dengan masyarakat, bahkan hingga ke pedalaman badui, membangun disana, dengan tetap menghargai tradisinya.

03 November 2009

0 komentar:

Posting Komentar