Beberapa hari lalu nyokap gw ngasih nasehat yang amat sederhana.
“meskipun sudah sibuk dengan bekerja, harus tetap bertakwa pada Allah, ya….”
Kalimatnya
amat sederhana, namun terasa dalam buat gw. Secara semenjak gw ikut
Rohis di Skil, kehidupan gw jauh lebih islami, itu objektif , bukan GR
karena gw merasakan hal itu sendiri. Demikian juga semasa kuliah, gw
terlibat aktif di Lembaga Dakwah Kampus. Ngurusin kaderisasi dakwah di
sekolah, juga di kampus. Tak terasa gw sudah terlibat dalam aktivitas
dakwah ini sembilan tahun lamanya. Selama itu pula gw bersama teman2
banyak terlibat dalam urusan konsep mengonsep acara2 dakwah, liqo2, dsb.
Sekarang gw udah kerja, dah bisa cari duit sendiri. Nyokap pasti khawatir karena ini gaya hidup gw jadi berubah.
Nasehat
itu menjadi dalam maknanya buat gw, karena semenjak bekerja, intensitas
tilawah gw menurun tajam. Jangan tanya sholat malam, shubuh aja
beberapa kali gw kesiangan. Belum lagi ditambah pergaulan di kantor
dengan orang2 ‘ammah yang sama sekali tidak ter-sibghoh oleh dakwah.
Sedikit atau banyak, interaksi gw dgn teman2 kantor akan mengontaminasi
pertahanan performa dan akhlak islami yg selama ini gw jaga.
Dan
itu sudah terjadi. Paling tidak beberapa waktu belakangan ini, secara
sikap, berpenampilan, serta cara bicara gw sedikit demi sedikit telah
cenderung ke arah “konvensional.” Ucapan “syukron” gw lebih sering
berganti dengan “thank you” tanpa gw sadari sebagai akibat keseharian di
kantor. Belum lagi kesederhanaan dalam berpakaian….
Gw sendiri
menyadari itu, dan khawatir semakin jauh gw melangkah dalam dunia gw yg
sekarang, akan semakin jauh gw dari akhlak dan performa Islami. Kemudian
tanpa disadari sedikit demi sedikit gw telah melangkah dan berubah
begitu jauh ketika berkumpul dgn temen2 dakwah gw.. Astaghfirullah.
Itulah
sebabnya, gw ingin bekerja di tempat yg dekat dengan rumah. Supaya gw
tetap bisa berinteraksi secara dekat dengan teman2 gw di dunia dakwah.
Dalam hal ini memang gw telah terjebak dalam “zona nyaman.” Di kantor,
dengan pulang kerja jam 17.00 Waktu Indonesia Bagian Barat , dengan
terpaksa sholat Maghrib selalu gw jama’ ke Isya. Gw amat merasa ga enak
sama Allah, kebiasaan menjama’ sholat Maghrib, meskipun itu kemudahan yg
diberikan oleh Allah, tapi kalau dikerjakan setiap hari kan bisa
berpengaruh pada kebiasaan keseharian yang cenderung menggampangkan
sholat. Intinya gw kurang sreg aja. Karena bagi gw sholat itu ibadah yg
penting sebagai amal yg pertama kali dihisab di akhirat…. Belum lagi
kelelahan gw karena mpe rumah selalu malam, sholat shubuh gw jadi sering
telat…. Jangan2 kerjaan gw ini nggak barakah.
Itulah sebabnya,
nasehat sederhana dari nyokap itu terasa dalam buat gw. Sebagai bentuk
kecintaan nyokap pada anaknya agar tidak tertipu oleh pesona dunia yang
melenakan.
Kamis, 21 Maret 2013
nasehat nyokap
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar