Kamis, 21 Maret 2013

nasehat nyokap

Beberapa hari lalu nyokap gw ngasih nasehat yang amat sederhana.
“meskipun sudah sibuk dengan bekerja, harus tetap bertakwa pada Allah, ya….”

Kalimatnya amat sederhana, namun terasa dalam buat gw. Secara semenjak gw ikut Rohis di Skil, kehidupan gw jauh lebih islami, itu objektif , bukan GR karena gw merasakan hal itu sendiri. Demikian juga semasa kuliah, gw terlibat aktif di Lembaga Dakwah Kampus. Ngurusin kaderisasi dakwah di sekolah, juga di kampus. Tak terasa gw sudah terlibat dalam aktivitas dakwah ini sembilan tahun lamanya. Selama itu pula gw bersama teman2 banyak terlibat dalam urusan konsep mengonsep acara2 dakwah, liqo2, dsb.

Sekarang gw udah kerja, dah bisa cari duit sendiri. Nyokap pasti khawatir karena ini gaya hidup gw jadi berubah.

Nasehat itu menjadi dalam maknanya buat gw, karena semenjak bekerja, intensitas tilawah gw menurun tajam. Jangan tanya sholat malam, shubuh aja beberapa kali gw kesiangan. Belum lagi ditambah pergaulan di kantor dengan orang2 ‘ammah yang sama sekali tidak ter-sibghoh oleh dakwah. Sedikit atau banyak, interaksi gw dgn teman2 kantor akan mengontaminasi pertahanan performa dan akhlak islami yg selama ini gw jaga.

Dan itu sudah terjadi. Paling tidak beberapa waktu belakangan ini, secara sikap, berpenampilan, serta cara bicara gw sedikit demi sedikit telah cenderung ke arah “konvensional.” Ucapan “syukron” gw lebih sering berganti dengan “thank you” tanpa gw sadari sebagai akibat keseharian di kantor. Belum lagi kesederhanaan dalam berpakaian….

Gw sendiri menyadari itu, dan khawatir semakin jauh gw melangkah dalam dunia gw yg sekarang, akan semakin jauh gw dari akhlak dan performa Islami. Kemudian tanpa disadari sedikit demi sedikit gw telah melangkah dan berubah begitu jauh ketika berkumpul dgn temen2 dakwah gw.. Astaghfirullah.

Itulah sebabnya, gw ingin bekerja di tempat yg dekat dengan rumah. Supaya gw tetap bisa berinteraksi secara dekat dengan teman2 gw di dunia dakwah. Dalam hal ini memang gw telah terjebak dalam “zona nyaman.” Di kantor, dengan pulang kerja jam 17.00 Waktu Indonesia Bagian Barat , dengan terpaksa sholat Maghrib selalu gw jama’ ke Isya. Gw amat merasa ga enak sama Allah, kebiasaan menjama’ sholat Maghrib, meskipun itu kemudahan yg diberikan oleh Allah, tapi kalau dikerjakan setiap hari kan bisa berpengaruh pada kebiasaan keseharian yang cenderung menggampangkan sholat. Intinya gw kurang sreg aja. Karena bagi gw sholat itu ibadah yg penting sebagai amal yg pertama kali dihisab di akhirat…. Belum lagi kelelahan gw karena mpe rumah selalu malam, sholat shubuh gw jadi sering telat…. Jangan2 kerjaan gw ini nggak barakah.

Itulah sebabnya, nasehat sederhana dari nyokap itu terasa dalam buat gw. Sebagai bentuk kecintaan nyokap pada anaknya agar tidak tertipu oleh pesona dunia yang melenakan.

0 komentar:

Posting Komentar