Kamis, 21 Maret 2013

project skripsi (6) : akhirnya saat menegangkan itu berlalu sudah...

Awalnya aku dapat jadwal sidang jam 8 pagi! Dengan penguji yang cukup aku takuti: ketua sidang Agus Darmadji. Penguji Satu Nawiruddin, Penguji Dua Idris Thoha.
Aku punya pengalaman “terbunuh” dalam argumentasi dengan Agus Darmadji sewaktu mengajukan judul skripsi dahulu kala (2007), dia seorang intelektual. Aku harus berusaha keras mengahadapi dia dalam sidang ini.

Padahal dalam doaku dialah yang ingin aku hindari… Beginikah jawaban doaku?
Idris Thoha minta Sidang dimajukan jam 07.00 pagi, karena jam 08.00 dia harus ngajar. Halah! Berarti aku harus cabut dari rumah jam 05.00 pagi….
Kubelah Jakarta pagi itu dengan kecepatan 90-100km/jam.
Jalanan sudah mulai ramai…

Aku “dibunuh” oleh Idris Thoha, karena format penulisan ilmiah ku tidak sesuai dengan panduan buku CeQDA. Ya eyya lahh..orang sudah aku tulis di Bab I kalau aku berpedoman pada buku panduan 2004. Ya ga nyambung..
tapi dia tetep ngotot, sok intelektual…
aku hanya manggut-manggut menyadari egoismenya yang besar.
Karena aku mempertaruhkan nilaiku pagi ini. Aku dibunuh terkapar tak berdaya, doaku pada Allah pun bergeser: “ya Allah, nilai B juga ga apa-apa deh…”

Aku khawatir sidang jam 08.00 dengan Agus Darmadji dan Nawiruddin berlangsung serupa, karena skipsiku lemah..(kukerjakan hanya dalam dua pekan setelah mengabaikannya selama lebih dari satu tahun…)
Rupanya tidak. Aku kenal Nawiruddin, aku cukup aktif diskusi dalam kelas-kelasnya sehingga dia juga mengenal aku.

Sedangkan Agus Darmadji yang kutakuti itu, tidak bertanya satupun dan hanya menjadi moderator karena posisinya sebagai ketua sidang. Sidang yang seharusnya 90 menit itu jadi berlangsung hampir 3 jam karena Idris Thoha itu…

Nilaipun dibacakan…
“Saudara Sigit Kamseno dinyatakan lulus dengan nilai rata-rata sidang 84.”
Gubrag!! Alhamdulillah…
Aku bersyukur pada Allah, dapet ‘A’,
“Dengan kumulatif IPK 3.55, dengan demikian saudara Sigit Kamseno dinyatakan lulus dengan predikat cum laude dan berhak menyandang gelar Sarjana Sosial.”
Alhamdulillah, syukurku tak putus-putus…

Selesai sidang dan resmi menjadi Sigit Kamseno,S.Sos, aku ke Mushalla kampus, Shalat Dhuha lagi,
Bersyukur lagi, sujud syukur lagi…

Aku menangis…

Aku menangis…

Ya Allah, sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji…
Jadikanlah hamba sebagai hamba-Mu yang selalu bersyukur…
Agar hamba dapat membaktikan seluruh hidup hamba hanya untuk-Mu…
Allah, sesungguhnya Engkaulah tempat pasrah terbaik….

….menjelang pendaftaran wisuda (yang akhirnya –Alhamdulillah—waktu pendaftarannya diperpanjang sehingga aku bisa daftar wisuda April itu), aku baru tahu justru Idris Thoha lah yg memberikan nilai terbesar kepadaku: 87, sedangkan Nawiruddin 85, sementara pembimbing yg sangat aku cintai justru memberiku 80 saja. Gracias ya pak Idris yg baik…hee..

0 komentar:

Posting Komentar