Senin, 18 Maret 2013

Cinta Setia Wanita

Waktu itu gw sedang menuju Jasinga, sebuah kecamatan yg berada di pelosok barat Kabupaten Bogor. Kecamatan ini berbatasan dengan Rangkas Bitung Banten. Gila..bogor luas banget ya. Dia berbatasan dengan Cianjur, Sukabumi, Banten, Depok, Jakarta, Bekasi..
Ceritanya di pasar leuwililang, di luar kaca mobil seorang ibu sedang tekun menemani seorang lelaki yg mungkin suaminya sedang memilah-milah buah duku yg dijajakan di pinggir jalan. Karena gw dianugerahi Tuhan bakat imajinasi yg tinggi dan rada lebay, gw teringat dengan ibu2 kondektur yg hampir tiap pagi bertemu. Gw teringat dengan wanita pengamen jalanan yg suaranya gw suka sewaktu gw kuliah dulu.
Gw ingat ibu2 di sawah yg berjalan berbaris rapi bertopikan anyaman bambu di pematang sawah sambil memanggul hasil panen yg selalu gw lihat saat gw kecil.. gw teringat ibu2 gelandangan di sepanjang sungai yg tinggal di rumah-rumah gubuk bersama suaminya.
Bersama suaminya! Kalimat itu yg ingin gw pertegas. Maksud gw, gw kagum sama mereka. Betapa kesetiaan mereka pada suami mengalahkan kesulitan hidup yg mereka jalani. Betapa cinta dan ikatan akad nikah yg suci kemudian membawa mereka pada kehidupan di pinggir sungai, pada gerobak dorong, pada gitar lusuh, dan pada uang receh, pada tumpukan duku di tepi pasar, pada pematang sawah.
Gw mengagumi kesetiaan cinta para wanita itu. Setia menemani suaminya di gubuk2 tak layak huni sepanjang sungai2 jakarta. setia menemani suaminya berdagang di pasar.. setia membantu suami dengan menjadi kondektur bus kota…
Semoga kita, gw dan pembaca blog ini, mendapatkan pasangan hidup yg setia hingga ke surga. Kesetiaan yg tak dibatasi oleh sekat2 materi. Amien…
--
10.2/150310

0 komentar:

Posting Komentar