Kamis, 21 Maret 2013

kerajaan Indonesia Raya

untuk mereka yg bekerja di Jakarta, pemandangan seperti ini amat biasa.
jalan tol ditutup oleh polisi-polisi yg amat sibuk.

jalan di depannya menjadi amat lengang....
gerangan ada apakah kisanak?
Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia, mau liwat!

negara ini seperti kerajaan saja, bukanlagi negara demokrasi dimana egaliterianisme dijunjung tinggi.

Bagi para pengamat, cara2 arogan seperti ini memang tak pantas di alam demokrasi. tapi secara realistis, mengingat jakarta yg macetnya "gila-gilaan" (gila-gila'aaaaaaannnn... pake nadanya 'The Changcuters'), mungkin ada baiknya mengingat persiden punya banyak agenda yg berimplikasi pada rakyat banyak. jangan sampai agenda yg teramat sangat penting piisaaaann itu tergangu hanya karena macet yg (siap2 lagi pake nadanya 'The Cangcuters')"gila-gilaaaaan"!!

Bagi masyarakat kita, hal seperti itu juga wajar, karena inferioritasnya sebagai rakyat jelata yg besar dalam feodalisme berabad2 lamanya, semenjak zaman kerajaan, kesultanan, Republik Indonesia Serikat, demokrasi pancasilanya Soeharto, sampe sekarang.

Gw jadi teringat film kolosal "Saur Sepuh" yg gw tonton di teve waktu gw masih belum berdosa dikala masih duduk di bangku SD.

Waktu itu Brama Kumbara, yg kelak menjadi Raja, masih kecil. Di pinggiran pasar ia dan ibunya terseok2 terimbas popor tombak prajurit yg melebarkan jalan karena Gusti raja akan melintas. Ada seorang rakyat yg tergopoh2 masuk ke jalan karena akan mengambil barang miliknya yg terjatuh, dipopor oleh gagang tombak prajurit. hmmmhh... beginilah Indonesia dari dulu hingga sekarang, kalau raja mau melintas, "kalian rakyat2 jelata, MINGGIR!!!"

Gw tetap optimis di masa depan, menjelang Hari Yang Dijanjikan, akan berdiri sebuah pemerintahan yg adil dan bijak bestari. Sebuah khilafah 'ala minhajin nubuwah sebagaimana disabdakan kanjeng Nabi Saw, kepada Huzaifah ibn Yaman Ra, sebagai fase terakhir yg akan dilalui Kaum Muslimin. Sebuah negara modern di masa depan, namun tetap berlandaskan aturan2 langit yg menjunjung tinggi keadilan, egaliterianisme, kesederhanaan, dan seperangkat nilai positif lainnya yg menjadi rahmat bagi semesta sebagaimana dicontohkan oleh Khulafa al-Rasyidun dan 'Umar ibn 'Abd al-'Aziz.

Sebuah optimisme yg menjadi idealisme para aktivis da'wah, dan pada saat yg sama dipandang sebagai sebuah utopianisme oleh aktivis liberalisme Islam.

08/01/10. 09:42

0 komentar:

Posting Komentar